Budjana: Ke Melbourne Untuk Cinta

Diam-diam, sekitar dua bulan lalu, sebetulnya Budjana (38) sudah kembali ke Tanah Air. Sebelumnya, ia cuti dari kegiatannya bersama grup GIGI untuk tinggal di AS selama hampir tiga bulan.

Namun, baru beberapa hari sampai di Jakarta, lelaki kelahiran Waikabubak, Sumba Barat ini lantas terbang ke Melbourne, Australia. "Nengok pacar," ujar gitaris yang juga mencipta lagu dan mengaransemen musik ini kepada KCM akhir minggu lalu, ketika ditelepon di rumahnya di Bintaro, Jaksel.

Putu Borrawati (20), perempuan Bali yang belum setahun dipacarinya, memang tengah berkuliah perhotelan di Melbourne.

Di Australia, pemilik nama asli I Dewa Gede Budjana ini menghabiskan waktu tiga minggu bersama kekasihnya. "Tadinya, aku mau meneruskan rekaman untuk album soloku yang ketiga di Sydney. Tapi, ternyata, teman-temanku, beberapa pemusik muda Indonesia yang sedang tinggal di sana, lagi sibuk. Ya, sudah, batal," cerita Budjana.

Jadinya, tiap akhir pekan, ia dan Borra menjadi turis. "Aku dan dia jalan-jalan ke tempat-tempat wisata di sana," sambungnya.

Belum puas, dari Australia mereka menyeberang ke Bali untuk berlibur selama dua minggu.

Aku Budjana, selama nyaris tiga bulan di AS pun, ia tidak cuma menjalin hubungan jarak jauh melalui telepon dan e-mail dengan Borra. "Aku dan dia bertemu sampai empat kali. Sekali aku sempat pulang ke Indonesia," tuturnya.

Bagi Budjana, mengandalkan telepon dan e-mail tak cukup. "Aku serius menjalani hubungan ini. Jadi, aku harus membinanya. Buatku, susah membinanya hanya lewat telepon dan e-mail. Jadi, kalau aku dan dia bisa bertemu, mengapa enggak?" papar Budjana yang pada pertengahan Juli ini bakal disambangi oleh pacarnya di Jakarta.

Aku Budjana pula, ia dan Borra telah punya komitmen untuk menikah. Tapi, katanya, setahun lagi, kalau Borra sudah selesai kuliah.

***
Suatu kali, masih di tahun ini, sebelum berangkat ke AS, kepada KCM Budjana mengutarakan bahwa ia akan tinggal sementara di AS. "Aku ingin belajar dari soal musik sampai soal hidup," ucapnya ketika itu.

Di AS, sebulan pertama Budjana tinggal bersama Buck di Santa Cruz (California). Buck, yang seorang pilot sekaligus gitaris dan vokalis, punya proyek musik yang diberinya nama Orang Kampung.

Dengan formasi yang terdiri dari Buck, Jon (teman Buck dari AS, pemain bas), Budjana, peniup suling Dayak Bang Saat, pemain perkusi Jalu Pratidina, serta Agung Alit (pemain rebab Bali), Orang Kampung sudah manggung di Bali pada November-Desember 2001. Di studio rekaman di kediaman Buck, Budjana membantu Buck merekam album Orang Kampung.

Album Orang Kampung selesai, Budjana sempat seminggu pulang ke Tanah Air. Kembali lagi ke AS, ia kemudian tinggal di kediaman drummer grup Potret, Ari Ayunir, dan keluarganya di Lomalinda, dua jam dari Los Angeles (California).

Di Los Angeles, Budjana mendapatkan kemungkinan untuk memproduksi album solo ketiganya. Melalui e-mail, ia berhasil mengontak Peter Erskine, mantan drummer grup jazz Weather Report dari AS.

Kepada salah satu drummer favoritnya tersebut, Budjana mengutarakan keinginannya untuk melibatkan Erskine sebagai drummer dalam albumnya. Erskine menyatakan tidak berkeberatan, asalkan ia menyukai komposisi yang dicipta oleh Budjana. Erskine tak ambil pusing pula soal bayaran "pertemanan", karena Budjana tidak punya banyak uang.

Sesudah mendengarkan musik Budjana yang ada dalam rekaman demo yang didrop sendiri oleh Budjana ke tempat tinggal Erskine, Erskine setuju. Studio rekaman kepunyaan Erskine pun dipakai untuk memproduksi album Budjana, dengan harga sewa yang "bersahabat". "Biasanya, harga sewa studio rekaman Erskine 2.000 dolar AS sehari," kisah Budjana yang bersyukur, lantaran Erskine bersedia berbisnis dengannya tanpa melalui jalur formal manajer dan agen.

***
Produksi album solo ketiga Budjana tidak hanya diongkosi oleh Sony Music Entertainment Indonesia, perusahaan rekaman yang mengontraknya sebagai personel grup GIGI dan artis musik solo. Ada pula dukungan dana dari dua pengusaha Indonesia yang mencintai musik, Peter F Gontha dan Adri Subono, yang dikenal baik oleh Budjana.

"Uang dari Sony Music enggak cukup. Jadi, aku telepon Pak Peter dan Mas Adri, minta bantuan mereka. Ternyata, mereka enggak keberatan," tutur Budjana.

Rekaman album itu diteruskan di Tokyo, Jepang, ketika Budjana dalam perjalanan pulang yang kedua kalinya dari AS ke Indonesia. "Aku transit sehari di Tokyo. Di sana aku merekam satu lagu bikinanku dengan melibatkan seorang pemain sanisen, alat petik tradisional Jepang," ceritanya.

"Beberapa penggemar GIGI di Tokyo membantuku sampai aku bisa merekam albumku di sana, termasuk mendapatkan pemain sanisen," sambung Budjana. "Komposisi yang direkam di Tokyo baru kubuat di hotel, sebelum aku terbang dari San Fransico (California) ke Tokyo," tambahnya.

Di Melbourne, ketika Budjana mengunjungi Borra, penggarapan album tersebut berlanjut, dengan memanfaatkan alat rekam portable yang selalu dibawa-bawa oleh Budjana. "Aku bikin dua lagu, khusus untuk dia (Borra). Musiknya cuma dari gitar, aku yang main," ungkap Budjana yang masih merahasiakan judul dua komposisi istimewa itu.

Selain digarapnya sambil berjalan-jalan di tiga benua, Amerika, Asia dan Australia, album tersebut tak bisa dilepaskannya dari peran penting teman-teman sekaligus pemusik-pemusik yang dikaguminya. Sebut saja, Jopie Item, Ulle Pattiselano, Tohpati dan Balawan (gitaris); Indra Lesmana dan Dwiki Dharmawan (pemain keyboard); serta Budhy Haryono (drummer).

Seperti untuk dua album solo sebelumnya, untuk yang kali ini Budjana bertahan dengan lagu-lagu instrumentalia. Tak ada vokalis yang ditampilkannya. Budjana ingin album solonya tetap punya image sebagai album gitaris, bukan album penyanyi yang diiringi gitaris. "Kalau ada vokal, paling-paling berupa voicing," paparnya.

Budjana ingin memberi judul Samsara untuk albumnya yang belum dipastikan jadwal rilisnya itu. "Pada dasarnya, hidup kan samsara," tutupnya. (Ati)

.: dikliping dari koran Kompas, 9 Juli 2002 :.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Add to Technorati Favorites